Rabu, 27 November 2013

Bab 9 . Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi

Bab 9 . Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi
Pengertian Kebudayaan

DEFINISI
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. ”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

PENGERTIAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.                      
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Budaya konsumsi merupakan bentuk dari hubungan antara budaya dan konsumsi. Dimana hubungan tersebut saling pengaruh mempengaruhi, yaitu budaya dapat mempengaruhi konsumsi, juga sebaliknya, konsumsi dapat mempengaruhi budaya.
Pengaruh budaya terhadap pola konsumsi, James F. Engel, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard (1994) dalam bukunya yang berjudul perilaku Konsumen  membagi 3 jenis pengaruh budaya terhadap pola konsumsi.
Pengaruh Budaya Terhadap Struktur Konsumsi.
Budaya dapat mempengaruhi struktur konsumsi, karena adanya larangan, hukuman, tekanan, ataupun paksaan dari budaya tersebut untuk mempengaruhi pola dan bentuk yang terorganisir dari individu dan masyarakat dalam berbagai cara dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Komponen budaya sendiri dapat berupa agama dan kepercayaan, sistem hukum, dan adat istiadat. Pengaruh budaya terhadap konsumsi dapat di lihat pada perilaku individu dan masyarakat dalam berkonsumsi, senantiasa di sesuaikan dengan tuntunan budaya yang di anut.Contohnya :
Seorang muslim diharamkan mengkonsumsi minuman beralkohol, memakan daging babi, berjudi, berzinah, dll, dikarenakan keyakinannya, bahwa hal tersebut dilarang oleh agama. Jika masih mengkonsumsi atau melakukan perbuatan yang di larang oleh agama, maka akan mendapatkan dosa.
Pengaruh Budaya Terhadap Pemaknaan Sebuah Produk.
Budaya menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk.Contohnya :
Tuntunan budaya berupa nilai : dalam hal kuliner  sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda. Tuntunan budaya berupa norma : labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di konsumsi oleh umat Islam, yang di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Pengaruh Budaya Terhadap Pengambilan Keputusan Individu.
Individu dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil keputusan.Contohnya :
Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh nilai : Kegiatan amal yang di lakukan individu, dengan menyantuni semua anak yatim dalam suatu panti, merupakan tindakan yang bernilai, yang akan memperoleh pahala dan kebajikan bagi dirinya. Tetapi tidak bagi individu lain, karena dianggap hal itu merupakan pemborosan. Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh norma : Di daerah Padang, di haruskan bagi para siswa sekolah untuk bisa membaca Al-Qur’an. Namun tidak bagi daerah di Papua.
Pola perilaku konsumen dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitas yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menggunakan dan menghabiskan barang-barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakannya, atau desebut juga pola konsumsi, dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.

Berikut uraian bagaimana faktor-faktor mempengaruhi pola kegiatan dalam konsumsi tersebut.
Faktor Internal
Faktor internal dalam mempengaruhi pola kegiatan konsumsi, merupakan Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu atau yang melekat pada diri individu , yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitas yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menggunakan dan menghabiskan barang-barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Faktor-faktor internal tersebut antara lain :
Sumber Daya Konsumen.
Sumber daya konsumen sendiri menurut Engel diidentifikasikan menjadi 3 sumber daya yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Terdiri dari ;
Sumber Daya Ekonomi, yaitu sumber daya yang berkaitan dengan kemampuan ekonomi seseorang, yang di miliki atau akan dimiliki di masa akan datang.
Sumber Daya Temporal  merupakan sumber daya waktu yang dimiliki oleh setiap orang.
Sumber Daya Kognitif, yaitu suatu kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi.
Motivasi.
Motivasi diartikan sebagai proses dimana perilaku diarahkan tujuannya, diberi energi, dan diaktifkan untuk mencapai keadaan seperti yang diinginkannya. Variabel sentral dalam motivasi yang dipandang secara tradisional, disebut Motif. Dalam berkonsumsi, perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan motif atau kebutuhan. Pengaktifan motif sendiri lahir ketika merasa ada ketidakcocokan yang memadai atas keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkannya atau disukainya. Akumulasi dari ketidakcocokan yang terus meningkat mengakibatkan lahirnya suatu kegairahan, yang di kenal sebagai Dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, semakin urgensi kebutuhan yang dirasakannya.
Pengetahuan. Pengetahuan dipahami sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen terdiri dari 3 bidang pengetahuan. Yaitu :
Pengetahuan Produk (Product Knowledge), yaitu pengetahuan yang meliputi kesadaran akan kategori dan merek produk didalam kategori produk, terminologi produk, atribut  atau ciri produk, serta kepercayaan tentang kategori produk secara umum, dan mengenai merek secara spesifik.
Pengetahuan Pembelian (Purchase Knowledge), yaitu berbagai informasi yang dipunyai konsumen dalam kaitannya dengan perolehan produk.
Pengetahuan Pemakaian (Usage Knowledge), yaitu informasi yang tersedia dalam ingatan yang berkaitan dengan bagaimana suatu produk dapat digunakan, dan apa yang dibutuhkan agar suatu produk dapat digunakan atau difungsikan.
Sikap.
Sikap didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang melakukan respons dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Evaluasi tersebut mencakup keseluruhan rentangan dua kutub ekstrim penilaian, yaitu dari kutub yang sangat positif sampai ke kutub yang sangat negatif. Sikap sendiri bersifat dinamis, sehingga memungkinkan mengalami perubahan dalam mengambil sikap seiring berjalannya waktu. Sikap juga dapat menjadi peramal bagi suatu perilaku, jika faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku diikutkan dalam menjelaskan hubungan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain tindakan, waktu, konteks, interval waktu, pengalaman, dan pengaruh sosial.
Kepribadian.
Kepribadian menurut Yinger, merupakan  Keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Adapun kepribadian seseorang dalam perkembangannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ;
Warisan Biologis, dimana  setiap individu memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan orang lain, yang dibawa dari genetika setiap individu itu sendiri.Lingkungan Fisik, dimana perbedaan kepribadian yang dimiliki individu dikarenakan terdapat perbedaan dari lingkungan fisik tempat ia tinggal, seperti iklim, topografi, dan sumber daya alam.
Kebudayaan, memiliki andil yang cukup besar mencetak kepribadian seseorang dalam lingkupnya sebagai anggota masyarakat.
Pengalaman Kelompok, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kehidupannya bersama dalam kelompok.Pengalaman Unik. Setiap individu memiliki pengalaman uniknya masing-masing yang membuatnya berbeda dari individu lainnya, yang membawa pengaruh dan pemaknaan yang berbeda pula dari individu lainnya.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal dalam mempengaruhi pola kegiatan konsumsi, merupakan Faktor-faktor yang berasal dari luar individu, yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitas yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menggunakan dan menghabiskan barang-barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Faktor-faktor eksternal tersebut antara lain :
Nilai-Nilai Budaya dan Etnis.
Merupakan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada sejumlah orang yang memiliki persamaan ras, agama, lokasi geografis, dan warisan budaya yang membedakan mereka dengan kelompok lainnya. Melalui kebiasaan, cita rasa, ide, tata cara, norma dan tata kelakuannya.
Kelas Sosial dan Kelompok Status.
Kelas Sosial  merujuk pada semua orang yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi.
Kelompok Status merujuk pada kesamaan atas kehormatan dan prestise yang dimiliki, yang dinyatakan dalam gaya hidup.
Kelas Sosial dan Kelompok Status sebagai stratifikasi sosial memiliki 9 variabel dalam mengkaji persoalan tersebut. Dari aspek ekonomi antara lain variabel pekerjaan, pendapatan dan kekayaan. Dari aspek sosial meliputi variabel prestise pribadi, asosiasi, dan sosialisasi. Sedangkan dari aspek politik meliputi variabel kekuasaan, kesadaran kelas, dan mobilitas.
Kelompok Sosial,
Kelompok sosial dapat mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang dikarenakan pengaruh yang signifikan dari kelompok acuan (reference group) yang menjadi rujukan dalam berfikir, bertindak, merasa dan berperilaku seseorang dalam melakukan konsumsi. Terdapat 3 cara dasar dari kelompok acuan (reference group) yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan konsumsi, antara lain : Pengaruh Normatif, Pengaruh Nilai–Ekspresif, dan Pengaruh Informasi.
Keluarga dan Rumah Tangga,
Beberapa variabel yang dapat mempengaruhi rumah tangga / keluarga dalam melakukan konsumsi, termasuk melakukan pembelian produk, antara lain : Usia Kepala Rumah Tangga, Status Pekerjaan, Status Perkawinan, dan Kehadiran Anak. Sedangkan variabel dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk melakukan konsumsi dalam suatu rumah tangga / keluarga, antara lain : Kohesi, Kemampuan Beradaptasi Keluarga, dan Komunikasi.
Pengaruh Situasi,
Pengaruh situasi merupakan pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik, yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Karakteristik-karakteristik situasi konsumen tersebut antara lain : Lingkungan Fisik, Lingkungan Sosial, Waktu, Tugas, dan Keadaan Anteseden. Sedangkan jenis situasi konsumen sendiri dibagi kedalam 3 jenis kemungkinan dalam pengaruhnya terhadap perilaku orang dalam berkonsumsi, antara lain : Situasi Konsumsi, Situasi Pembelian, dan Situasi Pemakaian.

Sumber :
http://aliefsyahru.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan.html

http://dzuriyatunthoyibh.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar